Wairifes Bukwab dan Agus Sujatminto Juarai Nage No Kata Judo PON XX Papua
pada tanggal
Saturday, October 2, 2021
Edit
TIMIKA, LELEMUKU.COM - Dua anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, angkatan 42 Bintara Polda Papua berhasil menjuarai Nage No Kata putra cabang olahraga judo yang diperlombakan dalam PON XX Papua tahun 2021 di Venue Cabor Judo Graha Eme Neme Yauware, Sabtu (2/10/2021).
Dua anggota Polda Papua itu adalah Bripda Wairifes Bukwab dan Bripda Agus Sujatminto. Keduanya berhasil mengalahkan atlet asal Jawa Timur dan Jawa Barat dengan skor tertinggi 408,5.
Bripda Wairifes Bukwab (22), pria kelahiran Jayapura, 20 Februari 1999 merupakan anak dari pasangan Baharuddin dan Albertina Bukwab.
Ia bersyukur atas perolehan medali emas untuk Papua, meskipun baru pertama kali tampil di arena bergengsi ini.
“Saya berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kedua orangtua saya beserta Ketua Judo Pengprov Papua yang sudah mendukung kami sampai PON sehingga kami bisa juara satu. Terlebih kepada masyarakat Papua yang sudah mendukung kami secara langsung atau tidak langsung dalam doa,” ucapnya.
Prestasi yang diraih keduanya adalah buah dari kerja keras yang dijalani selama tiga tahun.
“Kami datang dari Jayapura. Saya sebelumnya di silat, lalu saya tertarik dengan judo karena ingin membuat hal yang baru. Alhamdulilah pertama kali ikut PON, bisa sumbang emas untuk Papua. Mudah-mudahan judo bisa berkembang lagi di Papua,” harapnya.
Sementara Bripda Agus Sujatminto (24) kelahiran Jayapura, 2 Agustus 1997 ini merupakan berdarah campuran Jawa dan Papua.
“Bapak saya orang Jawa, tapi kalau ditanya saya orang mana saya bilang orang Papua, karena kalau saya bilang Jawa orang tidak percaya. Wajah saya lebih mirip ke mama Papua,” tuturnya.
Pria blasteran Jawa Papua ini sangat bersyukur atas raihan emas menjadi sebuah kebanggaan karena bisa membahagiakan orang tua dan instansi tempatnya mengabdi.
“Tujuan saya ikut judo sebenarnya karena saya ingin jalan-jalan ke seluruh Indonesia dan sudah tercapai. Rasanya luar biasa dapat emas di PON,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam Nage No Kata tingkat kesulitan ada pada fokus dan teknik, karena gerakan harus sesuai waktu jika tidak pas maka teknik pun akan salah.
“Kami satu angkatan, bertemu sebelum masuk angkatan Polri. Kami tes sama-sama dan akhirnya pendidikan juga sama. Semoga kami bisa memotivasi teman-teman lain. Intinya, jika mau berusaha dan berjuang pasti bisa. Torang bisa,” katanya. (Humasponxx/Elfrida/Antonius Juma/Maria)
Dua anggota Polda Papua itu adalah Bripda Wairifes Bukwab dan Bripda Agus Sujatminto. Keduanya berhasil mengalahkan atlet asal Jawa Timur dan Jawa Barat dengan skor tertinggi 408,5.
Bripda Wairifes Bukwab (22), pria kelahiran Jayapura, 20 Februari 1999 merupakan anak dari pasangan Baharuddin dan Albertina Bukwab.
Ia bersyukur atas perolehan medali emas untuk Papua, meskipun baru pertama kali tampil di arena bergengsi ini.
“Saya berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kedua orangtua saya beserta Ketua Judo Pengprov Papua yang sudah mendukung kami sampai PON sehingga kami bisa juara satu. Terlebih kepada masyarakat Papua yang sudah mendukung kami secara langsung atau tidak langsung dalam doa,” ucapnya.
Prestasi yang diraih keduanya adalah buah dari kerja keras yang dijalani selama tiga tahun.
“Kami datang dari Jayapura. Saya sebelumnya di silat, lalu saya tertarik dengan judo karena ingin membuat hal yang baru. Alhamdulilah pertama kali ikut PON, bisa sumbang emas untuk Papua. Mudah-mudahan judo bisa berkembang lagi di Papua,” harapnya.
Sementara Bripda Agus Sujatminto (24) kelahiran Jayapura, 2 Agustus 1997 ini merupakan berdarah campuran Jawa dan Papua.
“Bapak saya orang Jawa, tapi kalau ditanya saya orang mana saya bilang orang Papua, karena kalau saya bilang Jawa orang tidak percaya. Wajah saya lebih mirip ke mama Papua,” tuturnya.
Pria blasteran Jawa Papua ini sangat bersyukur atas raihan emas menjadi sebuah kebanggaan karena bisa membahagiakan orang tua dan instansi tempatnya mengabdi.
“Tujuan saya ikut judo sebenarnya karena saya ingin jalan-jalan ke seluruh Indonesia dan sudah tercapai. Rasanya luar biasa dapat emas di PON,” ungkapnya.
Menurutnya, dalam Nage No Kata tingkat kesulitan ada pada fokus dan teknik, karena gerakan harus sesuai waktu jika tidak pas maka teknik pun akan salah.
“Kami satu angkatan, bertemu sebelum masuk angkatan Polri. Kami tes sama-sama dan akhirnya pendidikan juga sama. Semoga kami bisa memotivasi teman-teman lain. Intinya, jika mau berusaha dan berjuang pasti bisa. Torang bisa,” katanya. (Humasponxx/Elfrida/Antonius Juma/Maria)